1. Donny Latuperissa
Awalnya Donny Latuperissa datang ke Arema sebagai kiper pinjaman. Ia sebelumnya terkena skorsing bersama Bambang Nurdiansyah sewaktu memperkuat Pelita Jaya. Begitu masa skorsingnya berakhir ia dipinjamkan ke Arema bersama Bambang Nurdiansyah. Adalah Nirwan D. Bakrie yang menjadi salah satu sponsor Arema ketika itu memberikan jasa baiknya dengan meminjamkan Donny ke Arema. Musim pertama Donny Latuperissa bersama Arema berjalan mulus. Total Arema hanya kebobolan 20 gol dari 26 pertandingan di Galatama 1987/1988. Selain penampilan apik DOnny Latuperisa, Arema juga memiliki barisan bek tangguh sehingga turut memberi rasa aman bagi gawang Arema.

2. Nanang Hidayat
Dia adalah salah satu tokoh sukses Arema ketika menjadi Juara Galatama 1992/1993. Nanang adalah penjaga gawang yang disegani tim lawannya. Bersama Libero tangguh sekaligus Kapten Arema Jamrawi dan Imam Hambali turut memberikan ketangguhan di lini belakang Arema. Di Arema, Nanang Hidayat akrab dengan nomor punggung 21.
3. Ahmad Yono

Posturnya memang cukup ideal bagi penjaga gawang Arema. Dengan tinggi hanya sekitar 175cm. Namun, untuk urusan skill ia tiada duanya. Ahmad Yono adalah tipikal kiper lincah yang dimiliki oleh Arema. Pembawaannya tenang sehingga mampu membaca arah tendangan bola pemain lawannya. Pernah terdapat suatu moment dimana Arema menghadapi ASGS di Liga Indonesia II. Di laga yang berakhir dengan skor 1-0 untuk kemenangan Arema, Ahmad Yono membuat penyelematan gemilang. Tendangan pemain lawan membentur tiang gawang bagian dalam Arema dan memantul kembali ke tiang gawang bagian dalam di sebelahnya. Dengan ketenangannya Ahmad Yono mampu menangkap bola dan selamatlah gawang Arema ketika itu. Liga Indonesia II menjadi akhir kiprah Ahmad Yono bersama Arema. Ahmad Yono ikut mengantarkan Arema meraih peringkat VI di Liga Indonesia I dan hanya kebobolan 25 gol dari 30 pertandingan di Liga Indonesia II. Ahmad Yono sebenarnya merupakan bagian dari kesuksesan Arema pada Galatama 1992/1993 dimana Arema menjadi juaranya. Hanya ia ketika itu menjadi cadangan Nanang Hidayat bersama Sukriyan. Ciri khas penampilan Ahmad Yono adalah celana hitam dan kaus lengan pendek warna hijau dibaluti dengan nomor punggung 1 menjadi ciri khas Ahmad Yono dan kejayaannya bersama Arema.
4. Dwi Sasmianto
Dwi Sasmianto yang sekarang menjadi pelatih kiper di zaman Robert Alberts merupakan salah satu kiper tanggung yang dimiliki oleh Arema. Posturnya memang kurang ideal, Dwi Sasmianto hanya memiliki tinggi sekitar 172cm. Namun, kiper yang beberapa musim memperkuat Persema Malang ini sangat lincah dalam urusan menjaga gawang Arema. Dwi Sasmianto unggul dalam urusan bola bawah, meski memiliki kelemahan untuk bola atas. Kiprah terakhir Dwi Sasmianto sebagai kiper Arema adalah di musim kompetisi Liga Indonesia 2002. Ia turut bermain gemilang di pertandingan kandang terakhir Arema pada penyisihan grup Liga Indonesia 2002 melawan Persikota Tangerang. Pada laga yang dimenangkan Arema dengan skor 2-0 tersebut, Dwi Sasmianto turut mengamankan jala gawang Arema dari serbuan pemain Persikota seperti Purwanto, Francis Yonga, Eppala Jordan, Rolando Koibur, Nurcholis Majid, dkk.
5. Yanuar Hermansyah
Julukannya adalah Begal dan sangat cocok untuk menggambarkan kiprahnya sebagai begal tim lawan. Yanuar adalah kiper yang cekatan dan seringkali berjibaku untuk mengamankan bola dengan keluar dari kandangnya. Meskipun begitu Arema patut berterima kasih kepadanya, karena kiprahnya seringkali membuat pemain lawan luput dalam menjebol gawang Arema. Yanuar Hermansyah adalah bagian dari kesuksesan era kepelatihan Suharno di Liga Indonesia III 1996/1997. Ketika itu Arema sukses lolos ke babak 12 besar di Ujungpandang(kini Makassar). Ketika pensiun, Yanuar Hermansyah turut serta dalam tim kepelatihan Arema U-18 di ajang Suratin Cup tahun 2007. Begal yang menjadi pelatih kiper dan tergabung dalam satu tim kepelatihan bersama Alm Setyo Budiarto dan Manager Ekoyono Hartono turut serta dalam kesuksesan Arema U-18 dalam menjuarai Suratin Cup ketika itu. Lewat polesan Begal kemudian lahir Aji Saka, kiper ketiga yang dimiliki tim senior Arema sekarang ini. Nama kiper lain yang tidak kalah hebatnya adalah Tri Windu Anggono yang sekarang bergabung dengan tim SAD Indonesia di Uruguay
6. Agung Prasetyo
Agung ditemukan manajemen Arema ketika “blusukan” ke Banyuwangi. Kiper yang pernah kuliah di Surabaya ini pernah memperkuat tim Persewangi di ajang Divisi II. Di Arema, Agung Prasetyo seringkali tampil gemilang. Ia adalah bagian kesuksesan Arema ketika menembus Babak 8 Besar di Liga Indonesia 2000 dan 2001. Agung Prasetyo sendiri bergabung dengan Arema menjelang bergulirnya Liga Indonesia 1999. Selepas membela Arema, ia sempat berpindah ke beberapa klub seperti GPD(Deltras), PKT Bontang dan Mitra Kukar. Namun, tampaknya sinarnya hanya cemerlang ketika membela Arema Malang. Terbukti dengan dukungan pemain belakang macam Kharis Yulianto, M. Ikhsan, Juan Rubio menjadikan gawang Arema sulit ditembus pemain lawan.
7. Agus Setiawan
Hanya memperkuat Arema selama semusim di Liga Indonesia 2002. Kiper yang 2 musim sebelumnya akrab membela Persema Malang ini mengawal Arema dengan garang. Meski beberapa kali absen membela Arema di musim tersebut karena cedera/skorsing, kiper dengan postur ideal bertinggi 178cm ini garang di lapangan, salah satu korbannya adalah Bambang Pamungkas yang terkena slide tackle. Hasilnya Bambang Pamungkas cedera beberapa bulan setelah terkena tackle pada laga yang berlangsung di Stadion Lebak Bulus dengan skor yang berakhir seri 2-2 antara Persija melawan Arema. Selepas membela Arema, Agus Setiawan hijrah ke klub Pelita KS.
8. Kurnia Sandy
Awalnya ia adalah penjaga gawang kedua Arema dibawah Listyanto Raharjo. Kiper Timnas Primavera ini menjadi penjaga gawang utama setelah Listyanto Raharjo mangkir dan minggat dari tim. Meski di putaran kedua harus bergantian dengan eks penjaga gawang PSM Makassar, Anshar Abdullah tidak serta merta menurunkan kemampuannya. Ia akhirnya menjadi penjaga gawang Arema di Liga Indonesia X dimana meski Arema berkutat di Divisi I Kurnia Sandy tetap menjadi penjaga gawang Arema dan sukses mengantarkan Singo Edan menjadi Kampiun di Divisi I. 2 Musim berikutnya Kurnia Sandy tetap menjadi kiper utama Arema bersaing dengan Ahmad Kurniawan dan Iskandar Silas Ohee untuk merebut 2 gelar Copa Indonesia secara beruntun dan Babak 8 Besar Liga Indonesia 2005 dan 2006. Tercatat pertandingan terakhir Kurnia Sandy bersama Arema adalah semifinal Copa Indonesia 2006 Leg kedua di Stadion Kanjuruhan Malang. Arema menang dengan skor 4-2 dan Kurnia Sandy sempat membuat blunder karena salah komunikasi bersama bek Andela Atangana yang menyebabkan Mbom Julien, playmaker PSMS membuat gol kegawang Arema.
9. Ahmad Kurniawan
Bergabung di Arema pada Liga Indonesia 2006. Kehadirannya membuat Arema memiliki barisan kiper tangguh. AK, panggilan akrabnya bersaing dengan Kurnia Sandy untuk menjadi kiper utama Arema di musim awal bergabungnya bersama Arema. AK pula yang menjadi kiper utama Arema di Final Copa Indonesia 2006 dan sukses membuat clean sheet di final melawan Persipura. Di musim berikutnya, ia mampu bersaing dengan kiper Timnas sekelas Hendro Kartiko yang beberapa kali membuat blunder. Di musim kedua dan terakhirnya bersama Arema, ia sukses mengantarkan Arema merebut posisi 8 besar Liga Indonesia 2007/2008. Kini selepas mengantarkan Semen Padang ke pentas ISL 2010/2011, AK yang sekarang berusia 31 tahun bersiap untuk memperkuat Arema di ajang ISL ketiga bersama adiknya, Kurnia Meiga Hermansyah.
10. Kurnia Meiga Hermansyah

Memiliki nama panggilan Enthong. Kiper berusia 20 tahun ini menjadi pahlawan Arema ketika menjuarai ISL musim kemarin dan Finalis Piala Indonesia 2010. Sosoknya ideal dan menjulang tinggi, namun Enthong piawai dalam bola bawah maupun atas. ia merupakan kiper yang tenang sehingga mampu menempatkan diri sebaik-baiknya dalam menghadang serangan lawan. Kerapkali ia bertindak sebagai hero bagi timnya dan tak terhitung berapa kali clean sheet yang didapat Arema musim kemarin karena ketangguhan Enthong dibantu dengan barisan lini belakang Arema yang taktis. Predikat from Zero to Hero layak diberikan kepadanya. Musim ISL pertamanya bersama Arema, kiper yang ditemukan Arema setelah sebelumnya memperkuat Diklat Ragunan dan Persijap U-18 ini sempat memperoleh skorsing 6 bulan dari PSSI pasca insiden di Stadion Kanjuruhan ketika Arema memperkuat Bontang FC di bulan Oktober 2008. Bahkan ia harus menelan pil pahit ketika Arema kebobolan 5 gol melawan Persipura Jayapura di ajang ISL 2008/2009. Meski di putaran pertama ISL musim 2009/2010 harus berbagi tempat dengan kiper sekelas Markus Haris Maulana, namun Enthong mampu mencuri perhatian pelatih Robert Alberts. Bahkan dengan torehan lebih dari 23caps selama memperkuat Arema di ajang ISL 2009/2010 ia akhirnya terpilih sebagai Pemain Terbaik ISL 2009/2010. Sebuah rekor baru bagi pemain termuda yang memperoleh gelar ini ditambah posisinya yang “sebatas” kiper.
Nominasi lain :
Markus Haris Maulana masuk dalam catatan emas perjalanan Arema, sayangnya dimusim kemarin ia kerap absen dalam pertandingan yang dijalani Arema karena masalah fisik dan indisipliner. Alhasil, di pertengahan musim ia meninggalkan Arema dan menyerahkan tampuk kiper utama kepada Kurnia Meiga. SementaraSukriyan adalah penjaga gawang legendaris Arema. Ia merupakan kiper paling “gemuk” jika dilihat dari postur untuk kiper Arema sepanjang masa. Sayang kehadirannya kerap menjadi ban serep kiper hebat seperti Nanang Hidayat dan Ahmad Yono. Lain dari itu ada juga nama-nama tenar yang pernah menjadi kiper Arema seperti Bambang HS, Hendrik Kotto, Anshar Abdullah, Iskandar Silas Ohee, dll.

Comments